Senin, 31 Januari 2011

untittled pt.5

     Aku melangkah keluar dari kamar mandi. mataku melirik botol-botol perfume berbaris diatas sebuah meja panjang berwarna krem segar berdiri tegak di sudut ruangan. aku tertarik dengan salah satu dari mereka. sebuah botol kurus tinggi dengan penutupnya berbentuk kepala berambut lucu. organza dari Givenchy. isinya masih penuh. perfume ini pemberian dari Sam. ia rela menabung selama sebulan untuk membelikanku ini. dia sangat manis. kusemprotkan ke daerah hangat. karena perfume akan bereaksi jika terkena hangat tubuh. itu yang kubaca di majalah yang terbit beberapa bulan lalu. tak kusadari aku menangis. yeah, aku sangat merindukan Sam. beberapa tetes air mata membasahi handuk baju, tersamar dengan tetesan dari rambutku. yeah, aku tidak dapat membendung kesedihanku saat mengingat Sam.

"Clair, kau sudah siap?" terdengar teriakan dari balik pintu. 

"tidak, aku belum siap! aku akan segera kesana" balasku dengan teriak. 
aku segera menyeka air mata dan memilih baju yang akan kupakai nanti. 

"Clair, terlalu lama kau disana. apa yang kau lakukan?" kata Blair sambil mengetuk pintu. 

"Aku segera kesana Blair" tukasku dengan sedikit kesal. aku sedang ber make-up dan Blair hampir menghancurkan lukisan lipstikku. 

"uh baiklah" suaranya bergeming 

     Setelah selesai dengan make-up ku, aku keluar kamar bak seorang putri. oke, terlalu berlebihan. aku bergegas turun ke lantai bawah dengan dress ku yang menghalangi langkah lebarku. 

"angkat rok mu" bisik Alena tiba-tiba. 

"oh, tentu. terimakasih" aku langsung mengangkat rokku yang sangat panjang ini. aku memakai sebuah gaun putih yang indah dengan sepatu kaca bening. kau masih tidak percaya aku seperti seorang putri? kau salah besar. 

     suara mesin mobil terdengar hingga ke meja makan. aku duduk sendiri di antara kursi-kursi kosong lainnya. hanya beberapa pelayan menunggu di tiap sudut ruangan. aku menatap mereka dengan jeli. tapi tatapanku selalu berhenti pada seorang pelayan wanita paruh baya yang sepertinya tidak pernah kulihat sebelumnya. aku menyadari pandanganku tidak berpindah dari wanita tadi. dia terlihat takut saat membalas tatapanku. aku membalasnya dengan senyum. 

"oh putriku yang cantik" Ibu berteriak dari ambang ruangan ini. ia melebarkan tangannya menungguku mengisi ruang kosong disana. 

"ibu! aku telah merindukanmu selama ini" kataku sambil berlari dan membalas pelukannya. 

"begitupun aku nak. yaampun kau sudah sangat besar. berapa lama aku meninggalkanmu? oke, ini sekitar 5 bulan. kau tumbuh begitu cepat sayang" ia memelukku erat seraya mencium keningku beberapa kali. nadanya hampir melengking dan aku mendengar nada kebahagiaan di setiap kata nya.

     tidak seperti yang kubayangkan sebelumnya, ibu tidak memakai baju formal seperti biasanya. hanya blazer hitam dan celana panjang hitam dengan syal bermotif bulu macan dan sebuah kacamata dior besar berwarna chestnut duduk di hidung lancipnya. 

"jadi, bagaimana hari kalian tanpa kami?" ibu memangku dagunya yang lancip di kedua punggung tangannya. 

"tidak ada yang spesial menurutku. hanya saja Sam..." jawabku sambil memperlambat tempo bicaraku. 

"ada apa dengan Sam?" ibu terdengar sangat penasaran. 

Blair memandangku tajam berharap aku tidak memberi tahu ibu atas apa yang sedang terjadi. 

"Sam..." 

"Sam menitipkan salam padamu, bu" potong Blair. 

"oh, sampaikan terimakasih padanya" tukas ibu bahagia. 

"ya jika aku bisa menemuinya" gumamku. 

"oh ya, bagaimana sekolah kalian?" tanya ayah tiba-tiba. 

"keren, yah! aku mendapatkan pelajaran di SMA" jawab Blair dengan nada yang sangat senang. 

"ayo yah, bu, silakan dinikmati hidangan ini. beberapa dari ini semua, resepku loh" Blair sepertinya bangga. huh, dasar Blair. 

"oh ya, aku hampir lupa. perbincangan ini begitu menarik" kata ibu sambil meneguk segelas wine didepannya. 

"yeah" jawabku singkat. 

"kau ini kenapa sayang? kau tidak terlihat seperti biasanya. kau ada masalah? ayo ceritakan pada ibu" raut wajah ibu yang tadi ceria berubah menjadi sangat khawatir. 

"eh? tidak. aku baik-baik saja. ibu hanya terlalu khawatir. mungkin ibu lelah?" aku menjawab dengan nada sangat jelas takut. aku hanya tidak mau menambah beban ibu yang baru datang dari Tokyo. aku mengerti pasti ibu sudah cukup lelah disana. 

"oh, baiklah nak. wow, udang apa ini? ini... sangat nikmat!" kata ibu dengan makanan memenuhi mulutnya dan disusul dengan tawaan di meja makan. 

     jujur, aku tidak pernah merasakan kehangatan ini selama hampir 5 bulan terakhir. dan ini momen yang paling hangat yang pernah terjadi. tapi sayangnya fikiranku tidak bisa mengatur diriku untuk ikut berbahagia sekarang. yeah, Sam masih menghantuiku. kejadian di pondok itu tadi sore, emosi nya yang tiba-tiba menjadi tidak terkendali, dan... semuanya. untuk kesekian kalinya otakku terpenuhi oleh dilemma yang tak terhingga. 

"Clairy, aku tahu mungkin menjadi murid SMA itu banyak rintangan dan masalahnya. aku pernah merasakannya. tapi hey, mengapa kau tidak mencoba bergabung dengan kegembiraan malam ini dan melupakan masalah-masalahmu?" 

dan yeah! perkataan ibu seakan menghantamku tepat di jackpot. ibu benar. mungkin aku bisa melupakan masalah ini untuk sementara. 

aku tersenyum hangat dan terhenyak di kursi ku.

"lihat adik kecilmu yang manis, Blair. sepertinya ia sudah bisa melupakan masalahnya. mari bersulang!" ibu tba-tiba berdiri sambil menyodorkan sebuah gelas wine kristal terisi wine. 

"untuk Clair" ayah ikut berdiri, disusul Blair. 

mereka menatap, seakan menungguku berdiri. 

"haha, ayolah. untuk Clair" dan kami berempat bersulang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar