Senin, 31 Januari 2011

untittled pt.4

     ketukan pintu memotong pembicaraan antara aku dan Alena. Alena bersegera bangun dari kursinya dan membuka pintu.

"oh silahkan tuan" Alena membungkukkan punggungnya yang kurus.

"terimakasih. aku tidak akan masuk. hanya ingin memberitahu sebentar lagi ayah dan ibu akan datang" Blair menatap tajam kearahku. dia tidak menatap Alena sedikitpun.

"oke, Blair. thanks" jawabku singkat.

     Blair menutup pintu dan meninggalkan kami. hey, dia tidak menanyakan apa yang sedang kubuat! yeah meski aku tahu itu sangat tidak penting. Alena  dan aku melanjutkan rajutan ini. sebuah sweater biru toska dengan hiasan sutera dan payet-payet kristal yang ditata-cukup-rapi didepannya. aku tidak terlalu  hebat untuk hal merajut. sungguh, aku butuh Sam, karena setiap aku ingin memberi rajutan pada siapapun, aku meminta Sam untuk membuatnya. karena aku trauma pada kejadian 2 tahun lalu saat aku memberi sebuah sweater lucu dengan gambar teddy bear didepannya untuk hadiah ulang tahun Blair. dan ini sangat memalukan saat Blair mengerahkan banyak tenaga saat memakai sweater itu. dan tidak hanya kerahnya yang terlalu kecil untuk kepalanya. ternyata sweater itu terlalu kecil di tubuhnya. dan tebak apa? sweater itu robek lebar. aku tidak mau keluar kamar dan menemuinya selama 3 hari hingga dia mendatangiku dengan biskuit dan coklat panas buatannya. aku tahu, dia memang jauh lebih baik daripada aku yang ceroboh ini.

     Tidak terasa waktu sudah berlalu cepat. dua jam setengah telah kami lewati. Sebuah Sweater lucu nan glam terbaring di ranjang seakan menyeringai kearahku menunggu siapa yang akan jadi pemiliknya. Alena dan aku tersenyum puas. tidak sia-sia kami buat kamarku berantakan seperti medan perang wol. kami mengedarkan bola mata dan memperhatikan sekitar. jarum-jarum dan potongan kain berserakan. Alena menarik nafas panjang sembari menatapku.

"aku akan merapihkanya nona" raut wajah putus asa tergambar di wajahnya. padahal dia sudah membuatkan ini semua untukku.

"tidak, kita akan merapihkannya" kataku sambil menepuk bantal.

"tapi Nyonya akan datang kurang dari 2 jam lagi. kau harus bersiap-siap" ia berusaha meyakinkan ku.

aku mengedarkan mataku ke seisi ruangan kamar yang luas ini. melirik ke setiap sudut dan mendapati ruangan ini sangat berantakan dan diluar dugaanku. aku bingung. pertama, selama ini aku tidak pernah membuat sweater dengan sampah yang begitu banyak. kedua, mungkin Alena benar, tapi aku merasa tidak enak.

"mungkin aku akan membantu sedikit saja" kataku sambil mengedipkan mata kananku.

Alena tersenyum lega. yeah, aku mengerti. meski kubantu sedikit, dia pasti akan senang karena bebannya terbantu.

kami pun membereskan kamar selama kurang lebih setengah jam.

"Alena, aku harus segera bersiap-siap sekarang"

"baiklah nona. umm, aku dengar terjadi sesuatu dengan... um... nona Sam?" katanya ragu sambil menepuki ranjangku.

langkahku terhenti didepan pintu kamar.

"kau tahu darimana?"

"aku hanya dengar desas desus saja, nona" gerakan Alena semakin melambat.

"oke, apa para pelayan yang lainnya bergosip lagi?" kataku sambil memutar badanku menghadap Alena.

"tidak tidak! aku hanya..." ia terdengar sangat gugup disusul dengan gumaman beberapa kalimat.

"baiklah, jika kau tahu sesuatu tolong beritahu aku. mengerti?" kataku sambil berkacak pinggang.

"uh, ok" Alena kembali merapikan ranjangku.


                                                                              ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar