Minggu, 30 Januari 2011

untittled pt. 2

secercah sinar menembus tirai kamarku yang berwarna jingga. dinding kamarku yang berwarna hijau toska bersinar, terpantul sinar pagi. terlihat siluet didepan tirai menghadap kearahku. mataku masih buram karena sinar matahari hari ini terlalu cerah. sepertinya itu Blair. ohya, aku belum menceritakan siapa itu blair?
Blair. dia adalah kakakku yang selalu mengerti aku. jarang seorang kakak laki-laki berumur 18 tahun mengerti aku, seorang gadis berusia 16 tahun yang umurnya tidak cukup jauh. kami sekolah di SMA yang sama. St. Mackerow 112 High School. dan orang didepan tirai itu benar Blair. ia mendekati ranjangku dan duduk disampingnya.

"bagaimana tidurmu?" tanya nya ramah.

"yeah, seperti biasa dan aku tidak mendapat mimpi apapun" jawabku dengan lemas
.
"coba ingat apa mimpimu tadi malam?"

"sepertinya aku melihat kelinci beserta rusa bermain dan harimau menghalau mereka" jawabku sambil tersenyum.
Blair tertawa saat mendengar ceritaku. mungkin ia tidak percaya aku bermimpi seperti anak TK yang baru saja diceritakan lullaby. tapi serius, aku tidak berbohong.

"ada apa?" tanyaku kesal.

"tidak. ayo cepat bangun. sarapan sudah menunggumu di meja makan" Blair beranjak dan menarikku bangun. tangannya yang dingin terasa menusuk di telapak tanganku. kami berlari menyusuri tangga yang besar. yeah, rumah kami tergolong cukup besar bagi 4 orang didalamnya dan beberapa pelayan. tapi orangtua kami jarang dirumah. jadi, Blair lah satu-satu nya yang mengerti aku.

"waw" aku melihat ke meja makan berbahan dasar kayu jati berwarna coklat tua dengan ukiran yang tidak bisa kujelaskan dikaki-kakinya. hampir puluhan makanan mereka-para pelayanku-hidangkan. aku hampir tidak bisa mempercayai ini. biasanya mereka hanya menyediakan beberapa makanan saja.

"mengapa kau terlihat terkejut, Clair?" tanya Blair dengan nada yang cukup formal. ini aneh.

"aku... tidak biasanya... err"

"jangan heran. kau lupa? ayah dan ibu akan datang kemari nanti malam. jadi, kita harus menyiapkan semuanya dari sekarang"

"tapi ini terlalu pagi. ini..." aku melirik jam dinding " ini masih pukul 6 pagi dan... jam berapa ibu dan ayah datang?"

"mungkin nanti malam pukul 8. mungkin juga mereka baru sampai bandara pukul 7" ia terlihat ragu dengan jawabannya.

"umm... kau tahu? itu terlalu malam sedangkan makanan hangat ini tidak akan cukup hangat pada pukul 8 malam nanti" jawabku. Blair tertawa kecil.

"kau lupa kemarin ada seorang salesman menawarkan sesuatu?" tanya Blair.

"yeah, seorang pria paruh baya dengan penampilan yang aneh menawarkan suatu barang. lalu apa?"

beberapa pelayan menghampiri meja dan menutup setiap hidangan dengan suatu mangkuk plastik transparan dan melemparkan senyum padaku. senyum lebar yang tiba-tiba.

"oke, mereka aneh" kataku sambil menatap Blair.

hening.

"hahahaha" tawa blair memecah kesunyian "itu barang yang kumaksud. barang itu bisa menjaga kehangatan makanan hingga kurang lebih 12 jam. sekarang cepat ke kamar mandi dan berpakaian yang bagus. kita akan beli sesuatu ke kota"

"kau kira kita dimana?" tanyaku sambil berjalan menuju arah tangga.

"maksudku, ah terserahlah" ia melambaikan tangannya sambil meninggalkan tempatnya tadi.

sambil berjalan, aku memikirkan apa yang telah kulakukan pada Sam. kurasa tidak ada salahnya aku memberinya sebuah lilin kecil beserta sebuah kalung emas dari denmark. apa yang salah? aku tidak memintanya untuk membayar atau melakukan sesuatu. memang aku melihat ekspresi wajahnya saat melihat hadiah dariku. tapi aku tidak tahu mana yang ia tuju? matanya seperti melihat kedua barang itu. aku benar-benar bingung karena tidak ada hal yang aneh saat itu. apa aku melewatkan sesuatu? tapi apa itu? kali ini fikiranku benar-benar dikuasai oleh jutaan pertanyaan yang tidak dapat dijawab dengan mudah. siapapun, tolong bantu aku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar